Senin 24 Januari 2011 | 23:45
Pembuat “Crop Circle” di Sleman Mahasiswa ISI?
Jakarta, PelitaHingga kemarin, pihak Kepolisian belum bisa memastikan siapa yang membuat crop circle di persawahan Berbah, Sleman, yang oleh sejumlah kalangan disebut-sebut sebagai “Lingkaran UFO (pesawat angkasa luar)”, hanya saja muncul kemungkinan hal itu bisa saja dilakukan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) yang memang suka berkreasi.
Kapolsek Berbah AKP I Made Muliawan, Senin (24/1) mengakui tidak ada tanda-tanda atau bekas-bekas yang menunjukkan crop circle itu buatan manusia. “Lagi pula ini rapi sekali," katanya.
Selain itu, tidak ada satupun keterangan warga sekitar yang menyebutkan ada aktivitas aneh di lokasi itu. Warga yang pergi ke areal persawahan pada Sabtu, 22 Januari lalu, juga tidak melihat adanya hal yang ganjil."Warga juga tidak ada yang bilang soal ada orang di sekitar lokasi lingkaran ini," kata Muliawan.
Muliawan mengatakan, polisi masih menjaga lokasi. Police line sudah dipasang untuk menjaga agar warga tidak mendekat dan memasuki area crop circle.
"Tapi kita belum memastikan ini buatan siapa, yang penting kita jaga dulu lokasi agar tidak rusak, dan padi-padi yang siap panen juga tidak tambah rusak karena banyak yang menonton," kata Muliawan.
Seperti diberitakan, sebuah lingkaran menyerupai crop circle terbentuk di atas areal lahan persawahan milik Ngadiran dan kawan-kawan di Dusun Jogomangsar, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Lingkaran simetris itu menghebohkan warga sejak Minggu (23/1), dan menurut warga lingkaran belum ada pada Sabtu (22/1).
Lingkaran terbentuk karena posisi padi rebah berputar ke arah kanan. Padi yang masih berdiri setinggi sekitar 60-70 Cm, sedangkan yang rebah setinggi sekitar 50 Cm.
Mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Soeprapto Soedjono mengatakan, kemungkinan bentuk itu dibuat oleh seniman ISI juga cukup besar. Di fakultas tertentu, mahasiswa ISI memang diajarkan untuk membuat bentuk-bentuk seni dari alam. Misalnya saja di mata kuliah instalasi.
"Ya, tidak spesifik membuat crop circle, tapi bahwa pelajaran tentang membuat seni dari alam itu memang ada," katanya.
Meski ada pelajaran semacam itu, biasanya para dosen tidak akan serta merta memberi tugas kepada mahasiswa untuk membuatnya. Namun bukan tidak mungkin, para mahasiswa itu membentuk kelompok sendiri dan mencoba mempraktikkan apa yang diajarkan.
"Anak-anak di sini (ISI) kadang suka begitu. Itu sebagai bentuk ekspresi diri saja mungkin," kata pria yang kini menjadi dosen di Pasca Sarjana ISI ini.
Meski begitu, Soeprapto juga menduga crop circle yang kini menjadi tontonan warga itu bisa saja karena fenomena alam. "Bisa jadi juga itu fenomena alam yang tidak ada sentuhan manusia sama sekali," kata Soeprapto.
Sementara Ketua Komunitas UFO Indonesia (UFO-Indonesian Community) Michael Gumelar mengatakan, jika bulatan itu benar-benar crop circle, teknologi yang dipakai adalah teknologi pemanasan. Hasil teknologi pemanasan ini sangat rapi, berbeda dengan buatan manusia yang biasanya terlihat dari ketinggian padi yang tidak rata.
"Yang asli itu dengan teknik pemanasan tinggi, di satu titik sama semua," kata Michael.
Menurut Michael, teknologi semacam itu belum bisa dilakukan manusia di bumi. "Itu seperti sudah computerized, tidak bisa dilakukan manusia di bumi," kata pria yang juga pengajar di Universitas Multimedia Nusantara ini.
Teknologi pemanasan yang menjadi dasar pembuktian keaslian crop circle sudah ada panduannya dari para peneliti di luar negeri. "Guadiance itu sudah berdasarkan riset," kata pria yang percaya ada kehidupan lain di luar bumi ini. (jon)
No comments:
Post a Comment